Terjemah
Arti:
(yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi
raaji'uun"
Tafsir : Abu
Bakar Jabir al-Jazairi, pengajar di Masjid Nabawi
Makna
ayat :
Ayat 156 menjelaskan keadaan
orang-orang yang bersabar yaitu ketika mereka tertimpa musibah mereka
mengatakan “Sesungguhnya kami milik Allah”, maka dengan kehendakNya Dia
menimpakan ujian karena kami adalah hamba dan milikNya. “Dan hanya kepadaNya
lah kami kembali” dengan kematian, maka tidak ada rasa gundah gulana, yang ada
hanya menerima hukumNya dan ridha dengan takdirNya.
Pelajaran
dari ayat :
Keutamaan mengucap kalimat istirja’
“Innaa lillahi wa innaa ilaihi raji’uun”. Dalam hadits shahih disebutkan bahwa
Rasulullah SAW bersabda : “Ketika seorang
hamba tertimpa musibah, kemudian dia mengucapkan “Innaa lillahi wa innaa ilaihi
raji’uun, Allahumma’ jurniiy fii mushiibatiy wakhlif liy khairan minhaa”
kecuali Allah akan memberikan pahala atas musibahnya dan mengganti untuknya
yang lebih baik.” (HR Muslim)
Tambahan :
SIKAP MUSLIM DALAM MENGHADAPI MUSIBAH
Sebagai
hamba Allâh Ta’ala, semua manusia dalam kehidupan di dunia ini tidak akan luput
dari berbagai macam cobaan, baik berupa kesusahan maupun kesenangan. Hal itu
merupakan Sunnatullâh
yang berlaku bagi setiap insan, yang beriman maupun kafir.
Allâh
Ta’ala berfirman:
Kami
akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang
sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan
(Qs al-Anbiyâ’/21:35)
Imam
Ibnu Katsîr rahimahullâh
berkata:
“(Makna
ayat ini) yaitu: Kami menguji kamu (wahai manusia), terkadang dengan bencana
dan terkadang dengan kesenangan, agar Kami melihat siapa yang bersyukur dan
siapa yang ingkar, serta siapa yang bersabar dan siapa yang berputus asa”.
KEBAHAGIAAN
HIDUP DENGAN BERTAKWA KEPADA ALLAH TA’ALA
Allâh
Ta’ala dengan ilmu-Nya yang Maha Tinggi dan hikmah-Nya yang Maha Sempurna menurunkan
syariat-Nya kepada manusia untuk kebaikan dan kemaslahatan hidup mereka. Oleh
karena itu, hanya dengan berpegang teguh kepada agama-Nyalah seseorang bisa
merasakan kebahagiaan hidup yang hakiki di dunia dan akhirat.
Allâh
Ta’ala berfirman:
Hai
orang-orang beriman, penuhilah seruan Allâh dan seruan Rasul-Nya yang mengajak
kamu kepada suatu
yang memberi (kemaslahatan)[2] hidup bagimu (Qs al-Anfâl/8:24)
yang memberi (kemaslahatan)[2] hidup bagimu (Qs al-Anfâl/8:24)
Imam
Ibnul Qayyim rahimahullâh
berkata:
“(Ayat
ini menunjukkan) bahwa kehidupan yang bermanfaat hanya didapatkan dengan
memenuhi seruan Allâh Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallâhu
‘Alaihi Wasallam. Maka, barang siapa tidak memenuhi seruan Allâh
Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallâhu
‘Alaihi Wasallam, dia tidak akan merasakan kehidupan (yang baik)
meskipun fisiknya hidup, sebagaimana binatang yang paling hina. Jadi, kehidupan
baik yang hakiki adalah kehidupan seorang dengan memenuhi seruan Allâh Ta’ala
dan Rasul-Nya Shallallâhu
‘Alaihi Wasallam secara lahir maupun batin”
SIKAP SEORANG
MUKMIN DALAM MENGHADAPI MASALAH
Seorang
Mukmin dengan ketakwaannya kepada Allâh Ta’ala, memiliki kebahagiaan yang
hakiki dalam hatinya, sehingga masalah apapun yang dihadapinya di dunia ini
tidak akan membuatnya mengeluh atau stres, apalagi berputus asa. Hal ini
disebabkan keimanannya yang kuat kepada Allâh Ta’ala membuat dia yakin bahwa
apapun ketetapan yang Allâh Ta’ala berlakukan untuk dirinya maka itulah yang
terbaik baginya.
Dengan
keyakinannya ini pula Allâh Ta’ala akan memberikan balasan kebaikan baginya
berupa ketenangan dan ketabahan dalam jiwanya. Inilah yang dinyatakan oleh
Allâh Ta’ala dalam firman-Nya:
Tidak
ada sesuatu musibah pun yang menimpa (seseorang) kecuali denga izin Allâh;
barang siapa yang beriman kepada Allâh, niscaya Dia akan memberi petunjuk ke
(dalam) hatinya. Dan Allâh Maha Mengetahui segala sesuatu (Qs
at-Taghâbun/64:11)
Imam
Ibnu Katsîr rahimahullâh berkata:
“Maknanya:
seseorang yang ditimpa musibah dan dia meyakini bahwa musibah tersebut
merupakan ketentuan dan takdir Allâh Ta’ala, kemudian dia bersabar dan
mengharapkan (balasan pahala dari Allâh Ta’ala), disertai (perasaan) tunduk
berserah diri kepada ketentuan Allâh Ta’ala tersebut, maka Allâh Ta’ala akan
memberikan petunjuk ke (dalam) hatinya dan menggantikan musibah dunia yang
menimpanya dengan petunjuk dan keyakinan yang benar dalam hatinya, bahkan bisa
jadi Allâh Ta’ala akan menggantikan apa yang hilang darinya dengan sesuatu yang
lebih baik baginya
HIKMAH COBAAN
Di
samping sebab-sebab di atas, ada lagi faktor lain yang bisa meringankan semua
kesusahan yang dialami seorang Mukmin di dunia ini, yaitu merenungi dan
menghayati hikmah-hikmah agung yang Allâh Ta’ala jadikan dalam setiap ketentuan
yang terjadi pada hamba-hamba-Nya yang beriman dan bertakwa. Dengan merenungi
hikmah-hikmah tersebut, seorang Mukmin akan semakin yakin bahwa semua cobaan
yang menimpanya pada hakikatnya adalah kebaikan bagi dirinya, untuk
menyempurnakan keimanannya dan semakin mendekatkan diri-Nya kepada Allâh
Ta’ala.
Sumber :
https://tafsirweb.com/
https://muslim.or.id/
No comments:
Post a Comment