Terjemah Arti:
Dan diantara manusia ada orang-orang
yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya
sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat
cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu
mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu
kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya
mereka menyesal).
Makna :
Ayat ini dengan ayat sebelumnya
terkait, ayat sebelumnya menerangkan tentang bukti-bukti keesaan Allah
Subhaanahu wa Ta'aala di alam semesta, di mana bukti tersebut membuahkan ilmu
yang yakin akan kebenaran keesaan Allah.
Namun anehnya, masih saja ada di
antara manusia yang menjadikan makhluk sebagai tandingan bagi Allah Subhaanahu
wa Ta'aala, padahal jelas sekali bukti keesaan-Nya. Tandingan dalam mengarahkan
ibadah, bukan tandingan dalam menciptakan, memberi rezeki dan mengatur karena
mereka (tandingan-tandingan) itu tidak bisa apa-apa, ia sendiri dicipta dan
lemah. Makhluk tidaklah sebanding dengan Pencipta, Allah yang memberikan
rezeki, sedangkan selain-Nya diberi rezeki, Allah Yang Maha Kaya, sedangkan
selain-Nya butuh kepada-Nya, Dia Maha Sempurna dari berbagai sisi, sedangkan
selain-Nya memiliki kekurangan dari berbagai sisi. Allah yang memberikan
manfa'at dan madharat, sedangkan selain-Nya tidak berkuasa apa-apa. Dengan
demikian, batil sekali orang yang mengadakan tandingan bagi Allah, baik
tandingan itu berupa malaikat, nabi, orang shalih, berhala dsb. Allah-lah yang
berhak dicintai secara sempurna dan disikapi dengan tunduk menghinakan diri
secara sempurna.
Mereka menyembah dan mengagungkan
tandingan tersebut serta mencintainya seperti halnya menyembah Allah,
mengagungkan-Nya dan mencintai-Nya. Jika seperti ini keadaannya, yakni hujjah
tentang keesaan Allah dan bukti telah tegak maka orang tersebut adalah
penentang Allah, berpaling dari memikirkan ayat-ayat-Nya baik pada dalil yang
disampaikan maupun pada alam semesta. Ia tidak lagi memiliki udzur sehingga
pantas untuk mendapat siksa.
Melebihi cinta orang-orang musyrik
kepada sesembahan mereka selain Allah. Hal itu, karena orang-orang mukmin
mengikhlaskan cinta kepada-Nya, sedangkan orang-orang musyrik menyekutukan-Nya.
Mereka (orang-orang mukmin) mencintai
Zat yang berhak dicintai, di mana mencintai-Nya adalah sumber kebaikan dan
kebahagiaan seorang hamba. Sebaliknya, orang-orang mursyrik mencintai sesuatu
yang tidak berhak dicintai, jelas sekali mencintainya merupakan sumber celaka
seorang hamba dan penyebab rusak kehidupannya. Orang yang zalim di sini ialah
orang-orang yang menyembah selain Allah. Maksudnya, ketika orang yang zalim
tersebut melihat sesembahan mereka tidak memberikan manfaat sama sekali pada
hari Kiamat, mereka pasti akan mengetahui secara jelas kelemahan berhala dan
apa yang mereka sembah selain Allah dan meyakini bahwa seluruh kekuatan hanya
milik Allah.
Tidak seperti ketika di dunia, mereka
(orang-orang musyrik) menyangka bahwa sesembahan mereka memiliki kekuatan dan
kemampuan, padahal sesembahan itu tidak bisa berbuat apa-apa, apalagi sampai
menyelamatkan mereka dari siksa Allah pada hari kiamat. Dan tentu mereka tidak
akan mengadakan tandingan bagi Allah Subhaanahu wa Ta'aala ketika di dunia.
Sumber
:
https://tafsirweb.com/
No comments:
Post a Comment