Terjemah Arti:
Dan berkatalah orang-orang yang
mengikuti: "Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan
berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami".
Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi
sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka.
Hai sekalian manusia, makanlah yang
halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang
nyata bagimu.
Makna : (
tafsir kementrian agama RI )
Dan karena dahsyatnya siksa Allah yang
mereka saksikan, orang orang yang mengikuti berkhayal dan berkata, sekiranya
kami mendapat kesempatan kembali ke dunia, tentu kami akan berlepas tangan dari
mereka; kami tidak akan mengikuti mereka sebagaimana pada hari ini mereka
berlepas tangan dari kami dan tidak bertanggung jawab atas ajakan dan tipu daya
mereka kepada kami. Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka seluruh amal
perbuatan mereka, membiarkan mereka larut di dalamnya. Perbuatan itulah yang
menjadi sebab penyesalan mereka di akhirat, penyesalan yang sama sekali tidak
berguna. Dan mereka tidak akan keluar dari api neraka; mereka kekal dan abadi
di dalamnya.
Wahai manusia! makanlah dari makanan
yang halal, yaitu yang tidak haram, baik zatnya maupun cara memperolehnya. Dan
selain halal, makanan juga harus yang baik, yaitu yang sehat, aman, dan tidak
berlebihan. Makanan dimaksud adalah yang terdapat di bumi yang diciptakan Allah
untuk seluruh umat manusia, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan
yang selalu merayu manusia agar memenuhi kebutuhan jasmaninya walaupun dengan
cara yang tidak sesuai dengan ketentuan Allah. Waspadailah usaha setan yang
selalu berusaha menjerumuskan manusia dengan segala tipu dayanya. Allah
mengingatkan bahwa sungguh setan itu musuh yang nyata bagimu, wahai manusia. Sebagai
musuh manusia, sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kamu agar berbuat jahat,
yaitu perbuatan yang mengotori jiwa dan berakibat buruk terhadap kehidupan
meskipun tanpa sanksi hukum duniawi, seperti menyakiti sesama, menebar
permusuhan, merusak persatuan dengan cara mengadu domba dan menyebar
kebohongan, berhati dengki, angkuh dan sombong, dan setan juga menyuruh manusia
berbuat keji, yaitu perbuatan yang tidak sejalan dengan tuntunan agama dan akal
sehat, khususnya yang telah ditetapkan sanksi duniawinya, seperti zina dan
pembunuhan, dan setan juga membisikkan agar kamu mengatakan apa yang tidak kamu
ketahui tentang Allah dengan mengatakan bahwa Allah punya istri dan punya anak,
padahal Allah mahasuci dari hal tersebut.
Sumber
:
https://tafsirweb.com/
Sejak perseteruan iblis dengan
Adam di surga hingga akhirnya terusir darinya, Allah sudah mewartakan dalam Al
Quran bahwa dia bersama segenap keturunannya adalah musuh yang nyata bagi
manusia. Selain itu, pada beberapa ayat secara tegas Allah melarang manusia
agar jangan mengikuti langkah-langkah mereka misalnya yang terdapat dalam surah
Al Baqarah ayat 208.
Bagaimana manusia mengetahui
langkah-langkah iblis dan setan, sementara mereka gaib bagi manusia?
Jawabannya adalah dengan
mengetahui pintu-pintu masuk setan ke dalam hati manusia. Terkait hal ini,
Hujjatul-Islam Imam Ghazali (Pakar Tashawuf) memaparkannya dengan cukup
gamblang yang terilhami dari nash dan pengalaman spiritualnya ;
1.
Amarah
Marah menurut Imam Ghazali
adalah kepusingan dan kemabukan akal. Ketika pasukan akal melemah, maka akan
mudah diserang oleh pasukan setan. Manusia yang sedang dikuasai amarah, maka
akan dipermainkan setan sebagaimana anak-anak mempermainkan bola.
Suatu ketika ada seorang wali
berkata kepada iblis, “Perlihatkan kepadaku bagaimana engkau mengalahkan
manusia!” Iblis menjawab, “Kuambil dia pada waktu marah dan senang.” Di sini
tersibaklah rahasia mengapa Nabi pernah memberi nasihat agar jangan marah
kepada salah satu sahabatnya yang diulang sebanyak tiga kali. Sebab, jika
manusia sudah marah, maka itu pintu masuk setan yang akan mempermainkannya.
2.
Syahwat
Pintu ini adalah di antara
jalan masuk setan yang cukup gampang dalam memasuki hati manusia. Suatu hari,
Iblis memberi nasihat kepada Nabi Musa, di antaranya, “Jauilah duduk-duduk
dengan perempuan yang bukan mahram, sebab akulah yang menjadi suruhan perempuan
itu kepadamu dan suruhanmu kepada perempuan tadi. Aku senantiasa berbuat
demikian sampai sengkau dapat saya fitnah dengan wanita itu dan saya memfitnah
wanita itu dengan engkau.”
Rasulullah pernah memberi
wejangan kepada umatnya bahwa barang siapa yang bisa menjaga mulut dan apa yang
di bawah perut (kemaluan), maka dia dijamin surga. Jaminan yang luar biasa ini
diberikan kepada orang-orang yang mampu menjaga diri dari syahwat; baik itu
yang berkaitan dengan menjaga lisan atau menjaga kemaluan. Dalam hal ini banyak
yang tergelincir akibat bujuk rayu setan yang susah dihindarkan
3.
Dengki
Pintu ini menurut Imam Al
Ghazali sebagai gerbang setan yang penting. Bukankah iblis diusir dari surga
gara-gara dia dengki kepada Adam? Selain
itu terkait sifat tercela ini Rasulullah juga pernah mengingatkan agar manusia
hati-hati dari sifat dengki. Sebab, kedengkian bisa memakan kebaikan manusia
laiknya api yang membakar kayu. Kisah antara Qabil dan Habil juga bisa
dijadikan contoh. Kedengkian kepada saudara membuat Qabil tega membunuhnya.
4.
Tamak
Orang yang sudah tamak (loba)
maka hal itu akan membuat (hati)nya buta dan tuli. Ada kata-kata menarik,
“Kecintaanmu terhadap sesuatu itu membuat buta dan tuli.” Kisah Nabi Adam
beserta Hawa bisa dijadikan pelajara.
Ketika di surga, semua yang ada
di dalamnya boleh dinikmati oleh keduanya. Hanya satu pohon yang dilarang untuk
didekati, apalagi dimakan. Namun, justru iblis memasuki hati Adam dengan pintu
loba (tamak) sehingga akhirnya Adam dan Hawa terbujuk dan memakan pohon
larangan itu. Akibatnya, ketamakan itu membuatnya dikeluarkan dari surga.
5.
Makan Kenyang
Kenyang –walaupun dari makanan
yang halal– menurut analisis dan pengalaman spiritual Imam Ghazali bisa menguat
syahwat. Sementara syahwat –sebagaimana paparan tadi—adalah pintu masuk setan.
Pernah
iblis bercerita kepada Nabi Yahya, “Dengan syahwat ini engkau kekenyangan
lantas aku beratkan engkau mengerjakan shalat dan zikir.” Kemudian Nabi Yahya
berkomitmen untuk tidak memenuhi perutnya (mengenyangkan diri) selamanya
No comments:
Post a Comment